“Kenapa Mbak mau dimadu?”, tanyaku tambah penasaran. “Sudah Tok, ayo kembali ke kamar!”, ajaknya. Bokepindo Beberapa data yang masih kurang demi kelengkapan data kucatat dalam jurnal kerjaku. “Aku nggak rugi, kok”, jawabnya santai. Sementara itu Iswani melepas pakaiannya hingga tinggal ber-BH dan celana sambil mengambil handuk kering dari tasnya. “Hmm.. Tok, mmh..”. “Nanti setelah Mbak kukenalkan, ganti Mbak kenalkan saya”, jawabku sambil meneguk kopiku yang masih panas dengan hati-hati. Selesai mengemasi semua berkas dan catatan, kucoba berdiri dan memutar-mutar kepala untuk melemaskan otot leher dan punggung. Kulihat Iswani masih tergeletak dalam keadaan tidur nyenyak di ranjangnya. Aku menggelengkan kepala saja dan meneruskan merokok. Berbaring nyaman, tubuh Iswani mulai bergoyang seirama dengan gerakanku. Pura-pura tidak tahu gelagat para pria yang sedang menaksirnya, Iswani mengajakku duduk di meja paling pojok. Kubaringkan badanku disebelah kirinya dan kuhadapkan tubuhku kearahnya.
