Namun, belum juga kutemukan Maryamku. Kalau yang lain memakai baju berbunga cerah indah, ia hanya memakai baju warna gelap yang sudah lusuh pula warnanya. Bokepindo Sementara teman-temannnya bersepatu bagus.“Maafkan aku Maryam,” pinta hatiku.“Krek…,” suara pintu terdengar dibuka. Bayangkan saja, rumah kontrakanku tak ubahnya laksana kapal pecah. Diam-diam hatiku kembali dirayapi perasaan berdosa karena selama ini kurang memperhatikan isteri.Ya, aku baru sadar, bahwa semenjak menikah belum pernah membelikan sepotong baju pun untuknya. Sayur sop rasanya manis bak kolak pisang, sedang perkedelnya asin tak ketulungan.“Ummi… Ummi, kapan kamu dapat memasak dengan benar? Kalau yang lain memakai baju berbunga cerah indah, ia hanya memakai baju warna gelap yang sudah lusuh pula warnanya. “Aduh, Mi… Abi kan sibuk sekali hari ini. “Ah, betapa manisnya wajah istriku ketika sedang kegirangan… kenapa tidak dari dulu kulakukan menjemput isteri?” sesal hatiku.******Esoknya aku membeli sepasang sepatu untuk isteriku. Namun, kemudian terlihat perlahan bibirnya mengembangkan senyum. “Ini dia mujahidah (*) ku!” pekik hatiku.
