Imah terengah-engah seperti orang kecapaian habis lari marathon. Aku salut padanya karena dia bisa melakukan multi tasking. Bokep Jilbab “Nikmat,” kataku singkat. Dua UR yang sudah, yaitu Satu Dapur, Satu Sumur, tapi belum Satu Kasur.Sejujurnya aku sudah tidak tahan ingin menerkam si Imah, tapi gimana caranya, aku belum dapat. Dia mengenakan sarung juga dan bagian atasnya kelihatannya kaus lengan panjang. Sekali dayung, dua pulau terlampaui. Pijatannya nikmat ulegannya juga sedap. Mungkin juga itu bagian dari keramahan.Semakin hari Imah semakin akrab denganku, meskipun dia memanggilku Bapak, tetapi tidak terlihat jarak antara majikan dan pekerja. ” Imah mah demen aja ama Bapak,” katanya. Namun dia merasa segan untuk mengutarakannya. “Masih kelihatan tuh bekas-bekasnya.” kata dia.Dalam keadaan sudah mencapai orgasme dengan kesadaran yang baik aku tanyakan ke Imah, apa yang dia harapkan dengan intim bersamaku. Bentuknya memang eksotis dan sangat menyatu dengan alam perkebunan. Ini bukan menyombongkan diri, kan ada pepatah, “dimana ada kemauan di situ ada jalan”. Gerakan ini selain menghemat tenaga aku juga bisa
