Tanpa bisa menghindar, laharku pun ditelan Nadira.Aduuh, Mas! Nadira, aku bisa bantu kamu. Bokepindo Mas Boy kecil bangun.., sambut Nadira sambil menjilati ujung senjataku.Ohh.. Baru kali ini aku melihat tubuh bagus seperti ini, rayuku.Ah, yang bener! Hai, namaku Nadira. Kamu kok pinter say.., ujarku dengan suara parau karena gairah seksku membara lagi. Aku terperangah melihat kemolekan tubuh Nadira yang memang Nadira, hampir saja kameraku terjatuh hanya karena memelototi tubuh putih mulus di hadapanku.Loh, kok bengong, ayo foto lagi apa nggak!, ujar Nadira membuyarkan imajinasiku.Oo, ya.. Kalau dijamin aku mau, yang penting yang miskin (maksudnya tanpa busana) tolong untuk Mas saja, jangan dimuat di media massa dan internet, jawab Nadira.Setelah sepakat, akhirnya aku janjian pemotretan dengan Nadira di salah satu hotel di bilangan jalan Pramuka, Jakarta Timur. Kayak gini, laharnya meleleh di celana, kan cayang, kata Nadira sambil melahap senjataku dengan lahapnya.Karena aku sudah horny dari siang, maka lahar panasku dengan cepat muncrat dengan kencangnya.
