Dia menyanggupi dan ia menulis pada selembar secarik kertas kecil nomor teleponnya.Sambil menunggu Hanni, aku ngobrol dengan Siska, aku sempat diperkenalkan oleh beberapa temannya yang bernama Susi, Icha dan Yana. Aku nggak mau kalo setelah aku pulang ini, kita nggak bisa ketemu lagi, Will. Bokepindo enakk..” desahku sambil melepaskan tangan kiriku dari lubang kemaluannya. Ia memutar-mutarkan lidahnya tepat di ujung lubang kemaluanku.Sungguh dashyat kenikmatan yang kurasakan. “Ooh.. Aku meraba ke arah bawah. Aku pun menuju ke arah yang ditentukan. Ke bagian leher batangku. “Ooh.. Sekali lagi, aku menengok ke kiri melihat wajahnya yang bulat dengan bola mata yang berwarna coklat, dia menatapku tajam dan serius sekali.“Sekarang?” tanyaku sambil menatap matanya, dan dia menganguk pelan.“OK, kamu boleh ‘sun’ aku,” jawabku sambil kembali ke jalanan.Beberapa detik kemudian dia beranjak dari tempat duduknya dan mengambil posisi untuk memberi sebuah “sun” di pipi kiriku. Ia makin turun dan turun ke bawah. Aku jadi teringat dengan omongan temanku, Hanni, bahwa mereka bisa diajak kencan. Ia begitu menikmatinya.
