Madu lebahnya kusendok lebih banyak.Tante tidak lama mandinya dan aku sudah menunggu tak sabar. Bokep Akupun segera mengendorkan serangan, menahan diri. Dan ini masalahnya. Kujelajahi sampai dua pertiga lapangan sambil mengarak dan mendrible bola, sementara Tante merapatkan pertahanan menunggu serangan sembari melayani dan menghalau tusukan-tusukanku yang mengarah ke jaring gawangnya. Seperti kemarin aku kembali menciumi jembut di vaginanya yang tebal seperti martabak Bangka, menjilat klitoris, labia dan tak lupa bagian dalam kedua pahanya yang putih. “Seandainya kau tahu betapa ******-ku lebih keras lagi sekarang ini,” kataku dalam hati. Entahlah orang dari daerah mana suaminya ini. Rasanya seperti dia menertawakan aku. “Kamu pernah bersetubuh?”
Nafasku sesak dan mereguk ludah. Karena itu Tante Ratih mematikan televisi dan mengajak aku berbincang menanyakan sekolahku, kegiatanku sehari-hari dan apakah aku sudah punya pacar atau belum. Kenikmatan yang baru pertama kalinya aku rasakan. Karena Tante Ratih sudah naik birahi penuh, setiap tusukan penisku menggesek dinding liangnya tidak hanya dinikmati olehku tetapi dinikmati penuh oleh dia juga.
